Satelit9.info Washington, - Rusia telah memutuskan untuk mengerahkan sistem pertahanan udara tercanggihnya ke pangkalan militernya di Suriah, menyusul penembakan pesawat tempurnya oleh jet tempur Turki. Langkah Rusia ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi militer Amerika Serikat.
Moskow menyatakan, pihaknya mengerahkan rudal-rudal antipesawat S-400 ke Latakia di Suriah. Rudal-rudal tersebut memiliki jarak jangkauan sekitar 400 kilometer, yang artinya bisa mencapai hingga jauh ke dalam wilayah Turki atau bisa menjadi ancaman bagi pesawat-pesawat koalisi internasional anti-ISIS yang dipimpin AS.
"Itu sistem persenjataan canggih yang membawa ancaman signifikan bagi siapapun," kata seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya.
"Ada kekhawatiran yang signifikan terkait dengan operasi udara di Suriah," imbuhnya kepada kantor berita AFP, Kamis (26/11/2015).
Sejak Agustus 2014 lalu, AS memimpin koalisi internasional yang telah melancarkan serangan-serangan udara terhadap kelompok radikal ISIS di Suriah dan Irak. Belakangan, Rusia pun ikut membombardir Suriah dengan alasan untuk memerangi ISIS dan kelompok-kelompok teroris lainnya. Namun negara-negara Barat menuding ambition utama serangan udara Rusia adalah para pemberontak anti-rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Pejabat AS lainnya mengatakan, pengerahan S-400 tersebut seharusnya tidak mempengaruhi operasi koalisi di Suriah. "Kami tak akan mencampuri operasi Rusia dan mereka juga tak akan mencampuri operasi kami. Tak ada alasan bagi kami untuk saling menargetkan satu sama lain," tegas pejabat AS tersebut.
Moskow menyatakan, pihaknya mengerahkan rudal-rudal antipesawat S-400 ke Latakia di Suriah. Rudal-rudal tersebut memiliki jarak jangkauan sekitar 400 kilometer, yang artinya bisa mencapai hingga jauh ke dalam wilayah Turki atau bisa menjadi ancaman bagi pesawat-pesawat koalisi internasional anti-ISIS yang dipimpin AS.
"Itu sistem persenjataan canggih yang membawa ancaman signifikan bagi siapapun," kata seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya.
"Ada kekhawatiran yang signifikan terkait dengan operasi udara di Suriah," imbuhnya kepada kantor berita AFP, Kamis (26/11/2015).
Sejak Agustus 2014 lalu, AS memimpin koalisi internasional yang telah melancarkan serangan-serangan udara terhadap kelompok radikal ISIS di Suriah dan Irak. Belakangan, Rusia pun ikut membombardir Suriah dengan alasan untuk memerangi ISIS dan kelompok-kelompok teroris lainnya. Namun negara-negara Barat menuding ambition utama serangan udara Rusia adalah para pemberontak anti-rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Pejabat AS lainnya mengatakan, pengerahan S-400 tersebut seharusnya tidak mempengaruhi operasi koalisi di Suriah. "Kami tak akan mencampuri operasi Rusia dan mereka juga tak akan mencampuri operasi kami. Tak ada alasan bagi kami untuk saling menargetkan satu sama lain," tegas pejabat AS tersebut.