Satelit9.info Jakarta- Sore tadi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyambangi Kota Solo untuk memantau langsung Proyek Pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi-Kertosono dengan panjang hingga 176,7 km. Jalan tol ini punya sejarah panjang hingga sempat mangkrak bertahun-tahun. Ruas jalan tol Solo-Ngawi dibangun dan dikelola Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Solo Ngawi Jaya. Sementara ruas jalan tol Ngawi-Kertosono oleh BUJT PT Ngawi Kertosono Jaya. Dua BUJT tersebut semula dimiliki 100% oleh PT Thiess Contractors Indonesia (TCI), perusahaan konstruksi asal Australia. Berdasarkan data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, pembebasan lahan untuk jalan Tol Solo-Ngawi sudah mencapai 91,57%, perkembangan fisik belum menunjukkan perkembangan yang signifikan meski telah dibantu pengerjaannya oleh pemerintah. Dari 90,1 Km, pemerintah membantu pengerjaan sekitar 20,9 km. Hingga 2014, bagian pemerintah telah berjalan sekitar 48%. Adapun pekerjan yang dilakukan oleh Pemerintah adalah pembetonan dan pengaspalan jalan tol sepanjang 0,6 km di ruas Colomandu-Karanganyar dengan biaya Rp 14 miliar di tahun 2009. Kemudian pada tahun pekerjaan dilanjutkan dengan membangun konstruksi fisik lajur jalan tol yang melintas Sungai Bengawan Solo. Pada tahun 2010 dibangun struktur bawah Jembatan Bengawan Solo sepanjang 300 meter dan jalan Kemiri dengan anggaran sebesar Rp 53 miliar. Pada tahun 2011 dibangun struktur atas Jembatan Bengawan Solo sepanjang 300 m dan jalan tol sepanjang 2 kilometer serta 2 buah underpas dan 1 buah underpass. Selanjutnya pekerjaan dilanjutkan dengan dibangunnya jalan tol sepanjang 3,85 km dan 3 buah bypass di tahun 2012 dengan dana Rp 105 miliar. Gesitnya pembangunan yang dilakukan pihak pemerintah tidak diimbangi dengan ketegasan sikap ke pada pihak investor sehingga paket pekerjaan yang menjadi bagian insvestor swasta baru berjalan 5,29%. Sementara itu, untuk ruas satunya yakni Ngawi-Kertosono sepanjang 86,6 km pembebasan lahannya baru berjalan 60,39% dan tak menunjukkan perkebangan lagi hingga saat ini. Pengerjaan fisik konstruksi jalan pun belum bisa dilakukan karena lahan yang tersedia belum mencapai 75%