Satelit9.info Jakarta- Gempa besar berkekuatan lebih dari 9 skala richter, yang disusul tsunami dengan ketinggian 30 beat (m), yang melanda Aceh pada 2004, masih menyimpan misteri yang perlu terus dibuktikan secara ilmiah. Para ilmuwan dunia, yang telah satu dasawarsa meneliti gempa dan tsunami Aceh ini berusaha untuk memperoleh kesempatan memanfaatkan teknologi tinggi pemboran laut dalam yang dikelola oleh Internasional Ocean Discovery Program. Indonesia pun bersiap mendapat kesempatan tersebut. Kapal pemboran laut dalam, Joides Resolution, yang didanai National Science Foundation Amerika ini akan melakukan pemboran di dua titik di Sumatera. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto mengatakan, riset ini membutuhkan dana yang cukup besar, namun National Science Foundation mendanai semuanya. "Kita ikut bersama kapal penelitian mereka. Kapal canggih yang dapat membor 4.000 beat dari dasar laut ke dalam permukaan. Kita kerja sama meneliti masalah gempa," katanya, dalam academy International Ocean Discovery Program-Sumatera Seismogenesis di Jakarta, Rabu (27/5). Unggul menjelaskan, kegiatan pemboran akan dimulai 31 Juli 2016 dan diperkirakan memakan waktu dua bulan. Joides Resolution merupakan wahana pemboran laut dalam, yang mampu melakukan pemboran untuk laut dengan kedalaman hingga 8 kilometer (km), dengan ketebalan hingga 2 km. Indonesia sebagai negara yang batten berkepentingan dengan riset ini akan ikut melibatkan ilmuwan kelautan terbaiknya. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemko Kemaritiman), Ridwan Djamaluddin mengungkapkan, meskipun gempa 2004 sudah terjadi, pekerjaan rumah belum selesai. "Meski sudah terlihat citra bawah laut, topografi laut, namun pengeboran ini penting untuk melihat apa yang akan terjadi dalam waktu tidak terlalu lama," ucap Ridwan. Selain BPPT, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Puslitbang Geologi Kelautan, Kementerian Kelautan Perikanan (Kementerian KP), dan beberapa universitas akan terlibat aktif dalam pengambilan sampel, pengolahan dan analisis abstracts bersama ilmuwan dunia. Kepala Bidang Mitigasi Bencana BPPT, Udrekh menjelaskan, ekspedisi yang diperkirakan menelan dana Rp 600 miliar ini akan mengambil sampel batuan dan sedimen di bawah laut dalam zona subduksi barat Sumatera bagian utara. Diharapkan, penelitian ini mampu menjawab berbagai pertanyaan seputar mekanisme terjadinya gempa dan tsunami Aceh 2004 maupun zona subduksi, patahan, sedimen dan batuan di daerah ini.