Satelit9.net Limboto - Puluhan anggota Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Selatan yang bermarkas di jalan Sungai Limboto, terlibat bentrokan dengan warga jalan Gunung Nona I, Kel. Pisang Selatan, Kec. Ujung Pandang, Makassar, sekitar pukul 22.00 wita hingga pukul 23.30 wita, rabu (4/3).
Kedua kelompok yang bertikai ini membawa senjata tajam, berupa parang, ketapel panah, tombak dan bambu runcing. Sekitar 5 warga yang terluka dilarikan ke rumah sakit Pelamonia.
Meskipun diguyur hujan deras, kedua kelompok tetap semangat saling gempur di lorong 56 jalan Sungai Limboto yang tembus ke jalan Gunung Nona.
Selain korban luka, sebuah mobil Suzuki APV nomor polisi DD 1205 XM milik warga yang diparkir di pekarangan rumahnya, dipecahkan kacanya oleh massa peserta bentrok.
Aksi bentrok ini baru berhenti saat puluhan anggota Perintis Sabhara dari Polrestabes Makassar datang membubarkan dengan tembakan gas air mata. Kapolrestabes Makassar Kombes Ferry Abraham dan Komandan Kodim 1408 Letkol Deni Sukwara turun langsung melakukan mediasi pada warga dan kelompok FPI Sulsel.
Ferry menggunakan pengeras suara guna mengimbau kedua kelompok untuk mundur dan kembali ke rumah masing-masing.
"Penyebab bentrokan masih diselidiki, untuk mencegah bentrok susulan, pengamanan diperketat, belum ada pelaku bentrok yang kami amankan," ujar Ferry Abraham.
Sebelum terlibat bentrok dengan kelompok warga Gunung Nona, massa FPI Sulsel lebih dahulu terlibat kericuhan saat berunjuk rasa di auberge Horison, jalan Jenderal Sudirman, sekitar pukul 17.30 wita. Dalam peristiwa ini seorang karyawan auberge terluka dan 5 assemblage mobil milik tamu auberge rusak.
Dari abstracts yang dihimpun , aksi unjuk rasa ini dipicu dugaan u hutang-piutang sebesar Rp 18 Miliar, antara anggota FPI bernama Ruli dengan pemilik auberge Horison, bernama Chandra Wijaya. Kedatangan massa FPI ke auberge Horison untuk menagih Chandra Wijaya, karena dana tersebut akan dihibahkan untuk pembangunan pondok pesantren milik FPI Sulsel. Pasca penyerbuan massa FPI di auberge yang berada di kawasan jantung kota Makassar ini, pengamanan auberge oleh anggota Polrestabes makin diperketat.
Kedua kelompok yang bertikai ini membawa senjata tajam, berupa parang, ketapel panah, tombak dan bambu runcing. Sekitar 5 warga yang terluka dilarikan ke rumah sakit Pelamonia.
Meskipun diguyur hujan deras, kedua kelompok tetap semangat saling gempur di lorong 56 jalan Sungai Limboto yang tembus ke jalan Gunung Nona.
Selain korban luka, sebuah mobil Suzuki APV nomor polisi DD 1205 XM milik warga yang diparkir di pekarangan rumahnya, dipecahkan kacanya oleh massa peserta bentrok.
Aksi bentrok ini baru berhenti saat puluhan anggota Perintis Sabhara dari Polrestabes Makassar datang membubarkan dengan tembakan gas air mata. Kapolrestabes Makassar Kombes Ferry Abraham dan Komandan Kodim 1408 Letkol Deni Sukwara turun langsung melakukan mediasi pada warga dan kelompok FPI Sulsel.
Ferry menggunakan pengeras suara guna mengimbau kedua kelompok untuk mundur dan kembali ke rumah masing-masing.
"Penyebab bentrokan masih diselidiki, untuk mencegah bentrok susulan, pengamanan diperketat, belum ada pelaku bentrok yang kami amankan," ujar Ferry Abraham.
Sebelum terlibat bentrok dengan kelompok warga Gunung Nona, massa FPI Sulsel lebih dahulu terlibat kericuhan saat berunjuk rasa di auberge Horison, jalan Jenderal Sudirman, sekitar pukul 17.30 wita. Dalam peristiwa ini seorang karyawan auberge terluka dan 5 assemblage mobil milik tamu auberge rusak.
Dari abstracts yang dihimpun , aksi unjuk rasa ini dipicu dugaan u hutang-piutang sebesar Rp 18 Miliar, antara anggota FPI bernama Ruli dengan pemilik auberge Horison, bernama Chandra Wijaya. Kedatangan massa FPI ke auberge Horison untuk menagih Chandra Wijaya, karena dana tersebut akan dihibahkan untuk pembangunan pondok pesantren milik FPI Sulsel. Pasca penyerbuan massa FPI di auberge yang berada di kawasan jantung kota Makassar ini, pengamanan auberge oleh anggota Polrestabes makin diperketat.