Satelit9.net Jakarta - Mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika (NSA), Edward Joseph Snowden kembali membocorkan abstracts mengejutkan. Kali ini ia mengungkap kerja sama antara intelijen Australia dan Selandia Baru menyadap para pejabat tinggi Indonesia melalui jaringan abettor seluler terbesar di Indonesia, Telkomsel.
Bila benar mata-mata Australia berhasil menyadap percakapan Jokowi selama pemilihan presiden, dan dalam percakapan itu ada persoalan terkait dengan isu kecurangan Pilpres, maka ini akan menjadi momok yang mengerikan bagi Presiden Jokowi.
“Apalagi saat ini hubungan Indonesia-Australia sedang memanas terkait kasus hukuman mati bagi
Duo Bali Nine,” kata pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Budiyatna, saat dihubungi wartawan beberapa waktu lalu (Sabtu, 7/3).
Bahkan menurut Budi, dalam kasus penyadapan ini dicurigai ingin menjatuhkan Presiden Jokowi dari jabatannya sebagai pimpinan negara. Atau bisa saja, selain terkait dengan isu kecurangan Pilpres, ini juga terkait dengan persoalan KPK-Polri
“Jika Australia sampai membongkar borok Presiden Jokowi dari masa Pilpres sampai sekarang ini, maka akan menyudahi puncak kesuksesaan Presiden Jokowi di Indonesia dan di mata masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
Sementara, Anggota Komisi III DPR Aboebakar Alhabsy mendesak Presiden Joko Widodo melalui Kejaksaan Agung segera melakukan eksekusi terhadap para terpidana mati kasus yang sudah berada di Nusakambangan. Dia menegaskan, penundaan yang tidak jelas dan terlalu absolutist akan membawa dampak yang tidak baik.
"Pertama, negara akan terlihat tidak lagi berwibawa, karena terkesan terpengaruh dengan tekanan luar negeri khususnya Australia," kata Aboebakar, Rabu (11/3).
Kedua, ia menambahkan, dampak hukuman mati untuk memberikan efek jera akan berkurang. Ketiga, tegas politikus PKS yang karib disapa Aboe itu, masyarakat akan semakin meyakini bahwa Presiden sedang tersandera dengan sadapan Australia. Ia mengatakan, publik akan semakin yakin bahwa kecurangan pilpres itu benar-benar nyata dan Jokowi takut bila Australia membuka aib tersebut.
"Di sinilah kita akan lihat pilihan yang diambil oleh Jokowi, sehingga kita bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi," katanya.
Informasi mengenai penyadapan tersebut bermula dari berita di Selandia Baru, Kamis (5/3/2015) lalu. Dalam berita itu disebutkan WikiLeaks bakal mempublikasikan percakapan Jokowi dengan berbagai pihak saat Pemilihan Presiden 2014.
WikiLeak mendapatkan sadapan itu dari bocoran dokumen rahasia mantan kontraktor NSA (National Security Agency/Badan Keamanan Nasional AS), Edward Joseph Snowden. Penyadapan dilakukan Australia dan Selandia Baru terhadap perusahaan jaringan telepon selular terbesar di Indonesia, Telkomsel.
Menurut dokumen rahasia Snowden, badan spionase elektronik Australia, yakni Australian Signals Directorate (ASD) telah bekerja sama dengan Biro Keamanan dan Komunikasi Selandia Baru (GCSB) untuk menyadap jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia dan Pasifik Selatan.
Di antara abstracts yang dimiliki itu kabarnya adalah hasil sadapan percakapan Jokowi dengan sejumlah pejabat lain.
Bila benar mata-mata Australia berhasil menyadap percakapan Jokowi selama pemilihan presiden, dan dalam percakapan itu ada persoalan terkait dengan isu kecurangan Pilpres, maka ini akan menjadi momok yang mengerikan bagi Presiden Jokowi.
“Apalagi saat ini hubungan Indonesia-Australia sedang memanas terkait kasus hukuman mati bagi
Duo Bali Nine,” kata pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Budiyatna, saat dihubungi wartawan beberapa waktu lalu (Sabtu, 7/3).
Bahkan menurut Budi, dalam kasus penyadapan ini dicurigai ingin menjatuhkan Presiden Jokowi dari jabatannya sebagai pimpinan negara. Atau bisa saja, selain terkait dengan isu kecurangan Pilpres, ini juga terkait dengan persoalan KPK-Polri
“Jika Australia sampai membongkar borok Presiden Jokowi dari masa Pilpres sampai sekarang ini, maka akan menyudahi puncak kesuksesaan Presiden Jokowi di Indonesia dan di mata masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
Sementara, Anggota Komisi III DPR Aboebakar Alhabsy mendesak Presiden Joko Widodo melalui Kejaksaan Agung segera melakukan eksekusi terhadap para terpidana mati kasus yang sudah berada di Nusakambangan. Dia menegaskan, penundaan yang tidak jelas dan terlalu absolutist akan membawa dampak yang tidak baik.
"Pertama, negara akan terlihat tidak lagi berwibawa, karena terkesan terpengaruh dengan tekanan luar negeri khususnya Australia," kata Aboebakar, Rabu (11/3).
Kedua, ia menambahkan, dampak hukuman mati untuk memberikan efek jera akan berkurang. Ketiga, tegas politikus PKS yang karib disapa Aboe itu, masyarakat akan semakin meyakini bahwa Presiden sedang tersandera dengan sadapan Australia. Ia mengatakan, publik akan semakin yakin bahwa kecurangan pilpres itu benar-benar nyata dan Jokowi takut bila Australia membuka aib tersebut.
"Di sinilah kita akan lihat pilihan yang diambil oleh Jokowi, sehingga kita bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi," katanya.
Informasi mengenai penyadapan tersebut bermula dari berita di Selandia Baru, Kamis (5/3/2015) lalu. Dalam berita itu disebutkan WikiLeaks bakal mempublikasikan percakapan Jokowi dengan berbagai pihak saat Pemilihan Presiden 2014.
WikiLeak mendapatkan sadapan itu dari bocoran dokumen rahasia mantan kontraktor NSA (National Security Agency/Badan Keamanan Nasional AS), Edward Joseph Snowden. Penyadapan dilakukan Australia dan Selandia Baru terhadap perusahaan jaringan telepon selular terbesar di Indonesia, Telkomsel.
Menurut dokumen rahasia Snowden, badan spionase elektronik Australia, yakni Australian Signals Directorate (ASD) telah bekerja sama dengan Biro Keamanan dan Komunikasi Selandia Baru (GCSB) untuk menyadap jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia dan Pasifik Selatan.
Di antara abstracts yang dimiliki itu kabarnya adalah hasil sadapan percakapan Jokowi dengan sejumlah pejabat lain.