Satelit9.net Jakarta -Sebanyak 50 persen dari 700 ribu insinyur di Indonesia bekerja tak sesuai bidang akademik, akibat lapangan pekerjaan yang masih terbatas di dalam negeri.
"Industri Indonesia hanya berkembang 4 persen. Insinyur teknik, banyak kerja di bank," ujar Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Bobby Gafur Umar, di Jakarta, Rabu.
Bobby mengatakan, dengan rencana pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur, Indonesia membutuhkan 250 ribu insinyur tambahan dan 350 ribu tenaga setingkat STM atau SMK dalam 10 tahun mendatang.
Saat ini, lanjut Bobby, universitas di dalam negeri hanya mampu menyediakan setengahnya, sehingga setengahnya lagi dipenuhi oleh tenaga impor.
"Belum lagi banyak insinyur yang memutuskan bekerja di luar negeri. Sehingga jumlahnya semakin sedikit. Seharusnya bisa ditarik dengan diberikan gaji tinggi dan insentif," kata Bobby.
Bobby mengatakan, jika insinyur asal Indonesia yang bekerja di luar negeri kembali ke Indonesia, maka kebutuhan insinyur di dalam negeri bisa terpenuhi.
"Untuk sarjana teknik harus jadi insinyur pofesional, tidak bisa asal gambar. Saat ini Indonesia hanya punya 9.000, yang harusnya 20 ribu," kata Bobby.
"Industri Indonesia hanya berkembang 4 persen. Insinyur teknik, banyak kerja di bank," ujar Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Bobby Gafur Umar, di Jakarta, Rabu.
Bobby mengatakan, dengan rencana pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur, Indonesia membutuhkan 250 ribu insinyur tambahan dan 350 ribu tenaga setingkat STM atau SMK dalam 10 tahun mendatang.
Saat ini, lanjut Bobby, universitas di dalam negeri hanya mampu menyediakan setengahnya, sehingga setengahnya lagi dipenuhi oleh tenaga impor.
"Belum lagi banyak insinyur yang memutuskan bekerja di luar negeri. Sehingga jumlahnya semakin sedikit. Seharusnya bisa ditarik dengan diberikan gaji tinggi dan insentif," kata Bobby.
Bobby mengatakan, jika insinyur asal Indonesia yang bekerja di luar negeri kembali ke Indonesia, maka kebutuhan insinyur di dalam negeri bisa terpenuhi.
"Untuk sarjana teknik harus jadi insinyur pofesional, tidak bisa asal gambar. Saat ini Indonesia hanya punya 9.000, yang harusnya 20 ribu," kata Bobby.